Postmodern sering didefinisikan sebagai krisis modernisme
atau krisis yang disebabkan oleh modernisasi. Postmodern muncul karena budaya
modern menghadapi suatu kegagalan dalam strategi visualisasinya. Kegagalan
modernisasi bukan terletak pada tekstualitasnya, tetapi pada strategi
visualisasinya yang seragam dan membosankan. Jika sebelumnya budaya ‘barat’
didominasi oleh budaya verbal, maka kini budaya visual menggantikannya.
Fucault, Seorang
tokoh pemikir radikal postmodernisme mengatakan bahwa, Budaya itu dikonstruksi
oleh subjeknya ( Manusia ) yang bebas, tidak lagi oleh agama dan masyarakat.
Intinya ialah kebebasan. Inilah semangat yang tampak akhir-akhir ini setelah
modernisme.
Lahirnya postmodernisme terlepas dari sifatnya yang
dekonstruktif atau revisioner, yaitu Sebuah respon terhadap kegagalan modernism
serta konsekuensi buruk bagi kehidupan manusia dan alam pada umumnya. Puncak
dari era pencerahan atau modernisme adalah kejenuhan akal budi manusia.
Ternyata akal budi bukanlah segala-galanya yang dapat menjadi tumpuan harapan
manusia. Akal budi bukanlah Tuhan yang memiliki nilai kekekalan. Akal budi
hanya akan membawa manusia kepada kegilaan. Intelektualitas yang menjadi
kebanggaan dan kesombongan manusia hanya bagai embun pagi yang akan sirna
ketika matahari bersinar terang.
Setelah lama berkiprah di dalam dunia, era modernisme
mengakhiri riwayatnya dengan semua akibat yang telah dirancang dan dibuatnya.
Keraguan-raguan mereka terhadap firman Tuhan, dan Tuhan sendiri telah mengubur
mereka dalam ketidakpastian dan lahirlah era baru dengan sebutan “Era Post-modern” dengan segala
versinya.
Kejenuhan rasional atau akal budi adalah merupakan latar
belakang lahirnya era postmodern. Pada era postmodern akan terjadi pertentangan
antara natur dan kultur, fakta dan nilai, ideal dan realistis. Dalam kejenuhan
rasional paradigma antropologis menjadi alternatif yang terbaik. Filasafat
humanisme menjadi kebutuhan dan tata nilai baru.
Orang-orang yang hidup dalam era postmodern mempunyai
kecenderungan untuk menolak hal-hal yang bersifat struktural. Postmodernisme
hampir sama dengan post-strukturalisme dan seperti mereka yang menganut aliran
kebebasan.
Oleh karena itu, gejala-gejala yang timbul di era
postmodernisme tersebut, antara lain:
1. Perkawinan tidak dianggap lagi sesuatu yang sakral, sehingga kawin-cerai menjadi hal yang biasa;
2. Seks itu banyak, tidak hanya satu ( suami-isteri ), sehingga punya wanita idaman lain atau pria idaman lain adalah yang hal biasa;
3. Seks pra-nikah itu tidak masalah karena dianggap sebagai hak untuk dinikmati;
4. dll, Seperti: Penyalahgunaan narkoba dan meningkatnya angka beragam bentuk kejahatan.
1. Perkawinan tidak dianggap lagi sesuatu yang sakral, sehingga kawin-cerai menjadi hal yang biasa;
2. Seks itu banyak, tidak hanya satu ( suami-isteri ), sehingga punya wanita idaman lain atau pria idaman lain adalah yang hal biasa;
3. Seks pra-nikah itu tidak masalah karena dianggap sebagai hak untuk dinikmati;
4. dll, Seperti: Penyalahgunaan narkoba dan meningkatnya angka beragam bentuk kejahatan.
Jadi hal ini sesuai dengan apa yang
dinyatakan oleh kaum postmodernisme bahwa: “Manusia di zaman ini tidak mungkin
lagi patuh dengan nilai-nilai, walaupun dulu memang nilai-nilai itu ada, namun
sekarang itu semua telah berubah”.
Perlawanan terhadap peradaban atau
nilai-nilai agama dan kemasyarakatan, itulah semangat postmodernisme. Anti
otoritas (nilai-nilai agama, budaya, dan hukum) dan mengagungkan pola hidup
individualistik adalah gejalanya. Kalau hal ini yang terjadi, maka kehidupan
manusia akan mengarah pada kekacauan dan kebimbangan karena tidak ada lagi
pengakuan atas standar-standar kebenaran yang ada.
Persoalannya sekarang ialah,
bagaimana agama dan budaya yang sudah ada bisa menyikapi sekaligus
mengantisipasi semangat ini. Apakah umat manusia sebagai hamba Tuhan akan mampu
menghadapi tantangan kehidupan ini? Apakah kaum beriman mampu memberi “garam”
nilai-nilai otoritas (sinar kasih dan kebenaran) ke dalam kehidupan yang
“kurang garam” nilai-nilai otoritas?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar