“Jika
Anda bertanya apa manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana, Pendidikan
memuat orang menjadi baik dan orang baik tentunya berperilaku mulia” (Plato:
427 – 347 SM)
Jenjang demi
jenjang pendidikan di negeri ini telah Anda lalui dengan penuh perjuangan,
telah sampailah Anda-Anda pada titik
tertinggi dari jenjang pendidikan tersebut, yakni: Perguruan Tinggi. Namun,
satu hal yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apakah kita telah mencapai
titik kulminasi kepuasan akan ilmu pengetahuan setelah melewati beberapa
jenjang sebelumnya, ataukah Anda hanya untuk mendapatkan nilai yang tinggi dan
semata-mata hanya untuk kesenangan pribadi yang didorong oleh sifat egois tanpa
memperhatikan kehidupan orang lain, sungguh kasihan orang-orang yang memiliki
khasanah pemikiran Like That.
Citra
buruk semakin mencoreng dan mengotori wajah dunia pendidikan di Indonesia,
mulai dari aksi demonstrasi anarkis mahasiswa sampai pada praktik komersialisasi
pendidikan yang diterapkan oleh para birokrasi campuss, yang seakan-akan keluar dari kesatuan negeri ini dan
melepaskan diri dari aturan Undang-Undang 1945 yang menjadi warisan budaya
luhur bangsa ini.
Bukti
sederhana akan kondisi ini yaitu menjamurnya berbagai Universitas Swasta di
Indonesia sebagai salah satu akibat tidak mampunya pemerintah yang mampu
menampung semua calon peserta didik, yang “notabenenya” merupakan tanggung
jawab negara.
Terlebih
lagi banyaknya anak bangsa yang tidak dapat mengeyam pendidikan tinggi akibat
tidak adanya pemerataan akses pendidikan di negeri ini. Di samping itu,
perguruan tinggi negeri pun telah banyak mengadobsi sistem-sistem perguruan
tinggi swasta, dimana kebanyakan orang yang bisa melanjutkan studinya, hanyalah
orang-orang yang berasal dari golongan mampu.
Berbagai
pungutan liar di Universitas Negeri yang semakin merambah dan mengerikan,
bagaikan rezim Imperialisme. DPP, BOP, PMB, DLL. Merupakan pembayaran yang
sifatnya sama sekali illegal yang tidak lain adalah hasil produk dari praktik
komersialisasi pendidikan. Penindasan
dan pengisapan terhadap rakyat terus menggerogoti sistem pendidikan,
sehingga masyarakat yang tidak mampu menahannya, terpaksa harus merelakan
anak-anaknya untuk tidak melanjutkan studinya di perguruan tinggi. Maka
gugurlah tujuan suci The Founding Fother bangsa
ini yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembodohan
akademik di dunia campuss semakin
membumi-hanguskan kondisi idealitas mahasiswa, mulai dari formalitas pengisian
Kartu Rencana Studi –KRS- sampai banyaknya tenaga pendidik yang telah lalai
melaksanakan tugasnya tertanda dengan banyaknya mahasiswa yang terlantar di
waktu-waktu kuliah karena tidak ada dosen, disamping ada juga yang tidak
mendapat ruang perkuliahan karena jumlah mahasiswa semakin banyak yang tidak
diimbangi dengan fasilitas campuss
yang lagi-lagi menjadi tugas negara dan itupun sangat sering terjadi. (Hmmmmm….. CurcoLL) ^_^
Lantas apakah
yang harus kita lakukan untuk mencoba mengeluarkan diri dari pembodohan ini, di
samping sistem perkuliahan yang seringkali tidak kondusif, apakah ada tempat
lain untuk mengaktualisasikan diri. Kebanyakan orang hebat serta berkesadaran
kritis transformatif akan mengatakan “bergabunglah
di organisasi”. Pada hakikatnya tak
ada satupun manusia yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain, semua manusia
ingin memenuhi kebutuhan fisiologisnya, mendapatkan rasa aman, cinta dan kasih sayang
harga diri serta aktualisasi diri (hierariki kebutuhan Maslow) yang kebanyakan
orang-orang dapatkan dalam organisasi.
Mereka mencapai
tingkat keberhasilan yang memuaskan, mengatakan berorganisasi di usia muda,
merupakan langkah awal persiapan masa depan. Dengan berorganisasi orang dapat
belajar bermusyawarah, hidup penuh kebersamaan, semangat untuk melakukan
perbaikan, bersilaturrahmi, tolong-menolong serta menyatukan perbedaan, namun
bukan berarti hidup berorganisasi adalah hidup yang berada di zona nyaman
terus-menerus. Banyak ujian dan tantangan yang akan dihadapi didalamnya,
termasuk kita akan merasa jenuh (titik jenuh; Dimana semangat berorganisasi
menurun drastis), korban perasaan –disappointed-,
tekanan yang berat, terjebak dalam kebingungan karena ilmu yang terbatas,
emosional dan kurang sabar dalam menghadapi tantangan, kehilangan semangat
untuk memperbaiki diri. Organisasi memang kejam. Namun dibalik kekejaman itulah
yang akan membuat Anda menjadi manusia luar biasa yang haus akan idealitas
mahasiswa.
Masih banyak sekali manfaat dan cerita organisasi
yang tidak mungkin disampaikan melalui This- In My Page-, intinya.
Setelah melewati semua tantangan dan rintangan tersebut akan menjadi insan yang
lebih bijaksana dalam perilaku kita sehari-hari, semakin peka terhadap
lingkungan dan mampu menganalisis konstalasi keterpurukan sosial sekitarnya
termasuk dunia pendidikan kemahasiswaan. Bertambahnya sahabat dan keluarga baru
yang tidak ternilai oleh materi serta bangkit dari musibah yang melanda negeri
ini, bangkit dengan jiwa proklamasi, jiwa nasionalisme, dan kebangsaan untuk
menghadapi musibah ini.
** Gelorakan
Semangat Berorganisasi**
_Chay00ooo00_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar