Rabu, 21 Maret 2012

Sistem Pemikiran dan Hakikat Organisasi


“Jika Anda bertanya apa manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana, Pendidikan memuat orang menjadi baik dan orang baik tentunya berperilaku mulia” (Plato: 427 – 347 SM)
                Jenjang demi jenjang pendidikan di negeri ini telah Anda lalui dengan penuh perjuangan, telah sampailah Anda-Anda  pada titik tertinggi dari jenjang pendidikan tersebut, yakni: Perguruan Tinggi. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apakah kita telah mencapai titik kulminasi kepuasan akan ilmu pengetahuan setelah melewati beberapa jenjang sebelumnya, ataukah Anda hanya untuk mendapatkan nilai yang tinggi dan semata-mata hanya untuk kesenangan pribadi yang didorong oleh sifat egois tanpa memperhatikan kehidupan orang lain, sungguh kasihan orang-orang yang memiliki khasanah pemikiran Like That.
      Citra buruk semakin mencoreng dan mengotori wajah dunia pendidikan di Indonesia, mulai dari aksi demonstrasi anarkis mahasiswa sampai pada praktik komersialisasi pendidikan yang diterapkan oleh para birokrasi campuss, yang seakan-akan keluar dari kesatuan negeri ini dan melepaskan diri dari aturan Undang-Undang 1945 yang menjadi warisan budaya luhur bangsa ini.
Bukti sederhana akan kondisi ini yaitu menjamurnya berbagai Universitas Swasta di Indonesia sebagai salah satu akibat tidak mampunya pemerintah yang mampu menampung semua calon peserta didik, yang “notabenenya” merupakan tanggung jawab negara.
      Terlebih lagi banyaknya anak bangsa yang tidak dapat mengeyam pendidikan tinggi akibat tidak adanya pemerataan akses pendidikan di negeri ini. Di samping itu, perguruan tinggi negeri pun telah banyak mengadobsi sistem-sistem perguruan tinggi swasta, dimana kebanyakan orang yang bisa melanjutkan studinya, hanyalah orang-orang yang berasal dari golongan mampu.
      Berbagai pungutan liar di Universitas Negeri yang semakin merambah dan mengerikan, bagaikan rezim Imperialisme. DPP, BOP, PMB, DLL. Merupakan pembayaran yang sifatnya sama sekali illegal yang tidak lain adalah hasil produk dari praktik komersialisasi pendidikan. Penindasan  dan pengisapan terhadap rakyat terus menggerogoti sistem pendidikan, sehingga masyarakat yang tidak mampu menahannya, terpaksa harus merelakan anak-anaknya untuk tidak melanjutkan studinya di perguruan tinggi. Maka gugurlah tujuan suci The Founding Fother bangsa ini yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembodohan akademik di dunia campuss semakin membumi-hanguskan kondisi idealitas mahasiswa, mulai dari formalitas pengisian Kartu Rencana Studi –KRS- sampai banyaknya tenaga pendidik yang telah lalai melaksanakan tugasnya tertanda dengan banyaknya mahasiswa yang terlantar di waktu-waktu kuliah karena tidak ada dosen, disamping ada juga yang tidak mendapat ruang perkuliahan karena jumlah mahasiswa semakin banyak yang tidak diimbangi dengan fasilitas campuss yang lagi-lagi menjadi tugas negara dan itupun sangat sering terjadi. (Hmmmmm….. CurcoLL) ^_^
Lantas apakah yang harus kita lakukan untuk mencoba mengeluarkan diri dari pembodohan ini, di samping sistem perkuliahan yang seringkali tidak kondusif, apakah ada tempat lain untuk mengaktualisasikan diri. Kebanyakan orang hebat serta berkesadaran kritis transformatif akan mengatakan “bergabunglah di organisasi”. Pada  hakikatnya tak ada satupun manusia yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain, semua manusia ingin memenuhi kebutuhan fisiologisnya, mendapatkan rasa aman, cinta dan kasih sayang harga diri serta aktualisasi diri (hierariki kebutuhan Maslow) yang kebanyakan orang-orang dapatkan dalam organisasi.
Mereka mencapai tingkat keberhasilan yang memuaskan, mengatakan berorganisasi di usia muda, merupakan langkah awal persiapan masa depan. Dengan berorganisasi orang dapat belajar bermusyawarah, hidup penuh kebersamaan, semangat untuk melakukan perbaikan, bersilaturrahmi, tolong-menolong serta menyatukan perbedaan, namun bukan berarti hidup berorganisasi adalah hidup yang berada di zona nyaman terus-menerus. Banyak ujian dan tantangan yang akan dihadapi didalamnya, termasuk kita akan merasa jenuh (titik jenuh; Dimana semangat berorganisasi menurun drastis), korban perasaan –disappointed-, tekanan yang berat, terjebak dalam kebingungan karena ilmu yang terbatas, emosional dan kurang sabar dalam menghadapi tantangan, kehilangan semangat untuk memperbaiki diri. Organisasi memang kejam. Namun dibalik kekejaman itulah yang akan membuat Anda menjadi manusia luar biasa yang haus akan idealitas mahasiswa.
Masih banyak sekali manfaat dan cerita organisasi yang tidak mungkin disampaikan melalui This- In My Page-, intinya. Setelah melewati semua tantangan dan rintangan tersebut akan menjadi insan yang lebih bijaksana dalam perilaku kita sehari-hari, semakin peka terhadap lingkungan dan mampu menganalisis konstalasi keterpurukan sosial sekitarnya termasuk dunia pendidikan kemahasiswaan. Bertambahnya sahabat dan keluarga baru yang tidak ternilai oleh materi serta bangkit dari musibah yang melanda negeri ini, bangkit dengan jiwa proklamasi, jiwa nasionalisme, dan kebangsaan untuk menghadapi musibah ini.

** Gelorakan Semangat Berorganisasi**
_Chay00ooo00_

Tidak ada komentar: