A.
Prinsip Pembuatan Abon Ikan
Pada
prinsipnya abon ikan merupakan suatu metode pengawetan dengan kombinasi antara
perebusan / pengukusan dan penggorengan serta penambahan bumbu-bumbu tertentu.
Produk yang dihasilkan mempunyai tekstur yang lembut, rasa dan aroma yang khas.
Abon ikan bisa digunakan untuk teman makan nasi, teman makan roti, dll.
Sejumlah wilayah
di Indonesia yang telah mengembangkan agroindustri abon ikan adalah Jawa Barat
(Sukabumi, Indramayu dan Ciamis), DKI Jakarta, Jawa Tengah (Semarang dan
Cilacap), Bali (Jembrana), Kalimantan Tengah (Buntok dan Barito Selatan), dan
Jambi (Tanjung Jabung Timur).
Pada umunya,
pola pengolahan abon ikan tersebut didominasi oleh pengolahan tradisional dan
bersifat industri rumah tangga (sekitar 68 %). Salah satu sentra usaha
pengolahan abon ikan yang telah berkembang sejak awal dekade 1990-an adalah
sentra usaha pengolahan abon ikan yang ada di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di
Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat. Sampai saat ini, wilayah tersebut terdapat dua produsen abon ikan
berskala kecil dengan penggunaan teknologi, semi-mekanis.
Secara garis
besar, peralatan yang digunakan relatif masih sederhana. Pemakaian peralatan
semi-mekanis hanya untuk proses penggilingan, pemarutan dan pengepresan yaitu
berupa : mesin giling, mesin parutan, dan mesin pengepres. Pada umumnya, unit-unit
usaha abon ikan di sentra-sentra agroindustri sejenis memang berskala kecil
dengan karakteristik yang hampir sama. Produsen abon ikan di Cisolok Kabupaten
Sukabumi di atas, berbentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan beranggotakan
ibu-ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi unit usaha.
Pendirian unit usaha abon ikan di wilayah ini diawali dengan pelaksanaan
pelatihan pembuatan abon ikan pada tahun 1988 melalui Dinas Perindustrian Ka
Kabupaten Sukabumi. Perkembangan selanjutnya, kedua KUB tersebut dibina juga
oleh sejumlah instansi di Kabupaten Sukabumi, seperti Dinas Kelautan dan
Perikanan, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Kesehatan.
B.
Alat dan Bahan Pembuatan Abon Ikan
v Peralatan
Pembuatan
Abon
ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana maupun dengan peralatan semi-mekanik.
Alat-alat sederhana yang bisa digunakan untuk pembuatan abon ikan adalah
:
1.
Badeng
Yaitu:
Alat yang digunakan sebagai wadah dalam proses perebusan daging ikan.
2. Wajan dan sodet
Yaitu: Alat yang
digunakan pada proses penggorengan abon ikan dan bawang merah.
3. Tungku
Yaitu: Alat yang digunakan sebagai
tempat pembakaran kayu bakar selama proses perebusan daging ikan serta
penggorengan abon ikan dan bawang merah.
4. Pisau
Yaitu: Alat yang digunakan untuk
menyiangi dan memotong ikan, serta mengupas dan mengiris bawang.
5. Tampah
Yaitu: Alat yang digunakan sebagai
tempat mencampur bumbu dengan daging ikan yang telah dicabik-cabik.
6. Garpu besar
Yaitu: Alat yang digunakan untuk
mencabik dan menghaluskan abon yang telah digoreng dan direbus.
7. Baskom plastik besar
Yaitu: Alat yang
digunakan sebagai wadah selama pencucian ikan.
8. Baskom plastik kecil
Yaitu: Alat yang
digunakan sebagai tempat bumbu-bumbu yang akan dicampurkan.
9. Ember plastik
Yaitu: Alat yang digunakan sebagai wadah
untuk membawa air untuk merebus daging ikan.
10. Saringan kelapa
Yaitu: Alat yang
digunakan untuk menyaring santan kelapa.
11. Blong (kantong plastik besar).
Yaitu: Alat yang digunakan sebagai wadah
tempat menyimpan sementara abon ikan sebelum dikemas dan dipasarkan.
12. Plastik kemasan (ukuran 100 g dan 250 g)
Yaitu: Alat yang digunakan
untuk mengemas produk abon ikan siap jual.
13. Timbangan duduk ukuran 2 kg
Yaitu: Alat yang digunakan untuk
menimbang bahan-bahan pembantu dan abon ikan yang akan dikemas.
14.
Timbangan gantung ukuran 25 kg
Yaitu: Alat yang
digunakan untuk menimbang ikan yang akan dijadikan bahan baku.
15.
Ayakan (Tray)
Yaitu: Alat yang
digunakan untuk meniriskan daging ikan yang telah direbus.
Sementara
itu, sejumlah peralatan semi-mekanik yang biasa digunakan dalam proses
pembuatan
abon ikan, antara lain adalah :
1.
Mesin pengepres
Yaitu: Mesin yang
digunakan untuk membuang air dalam daging ikan yang telah direbus (pengepresanI
), serta membuang minyak goreng dari bakal abon ikan yang telah digoreng
(pengepresan II).
2. Mesin
parutan
Yaitu: Mesin yang
digunakan untuk memarut kelapa dan lengkuas.
3.
Sealer (alat pengemas).
Yaitu:
Alat yang digunakan dalam proses pengemasan produk abon ikan.
v Bahan Baku Pembuatan
Biasanya
abon dibuat dari daging sapi atau daging kerbau, akan tetapi di beberapa daerah
Sulawesi, banyak dijumpai abon ikan. Pada umumnya abon ikan dapat dibuat dari
daging ikan cakalang/ikan tongkol, ikan
tuna dan ikan cucut. Bila menggunakan ikan cucut, setelah ikan disiangi
kemudian dipotong-potong, sebaiknya direndam dalam air bersih (kalau bisa air
yang mengalir), untuk menghilangkan bau amoniak (NH3).
Selain
itu, bahan baku yang juga cocok digunakan dalam pembuatan abon ikan adalah ikan
berdaging tebal juga harus memiliki serat kasar dan tidak mengandung banyak
duri. Sejumlah spesies ikan yang memenuhi kriteria tersebut adalah:
Marlin/Jangilus (Istiophorus sp), Tuna, Cakalang, Ekor Kuning, Tongkol, Tengiri,
dan Cucut. Spesies-spesies ikan ini umumnya dapat ditangkap sepanjang tahun
oleh nelayan dengan alat tangkap pancing di perairan laut dalam. Beberapa
spesies ikan air tawar pun bisa digunakan, misalnya: Nila dan Gabus. Sedangkan
ciri-ciri fisik yang harus dimiliki daging ikan yang bisa dijadikan bahan baku
pembuatan abon ikan adalah dalam kondisi segar, warna dagingnya cerah,
dagingnya terasa kenyal, dan tidak berbau busuk.
Beberapa
bahan baku lainnya yang digunakan di dalam pembuatan abon ikan, seperti:
§
Resep Bahan Abon Ikan :
-
Fillet
Ikan Tuna Segar 1 Kg
-
Serai
2 Batang, Memarkan
-
Jahe
1 Cm, Memarkan
-
Santan
150 Ml Dari 1/2 Butir Kelapa
-
Minyak
Goreng 300 Ml
§ Resep Bumbu Halus Abon Ikan :
-
Bawang
Merah 6 Butir
-
Bawang
Putih 3 Siung
-
Kunyit
2 Cm
-
Ketumbar
1 Sendok The
-
Daun
Jeruk 1 Lembar
-
Garam
Secukupnya
C.
Proses
Pembuatan (Proses Produksi) Pembuatan Abon Ikan
Proses produksi abon ikan relatif
sederhana dan mudah dilakukan. Secara umum, proses produksi abon ikan, mulai
dari tahap pengadaan bahan baku ikan sampai tahap pengemasan abon ikan, adalah
sebagai berikut :
1. Pengadaan
Bahan Baku
Bahan
baku yang digunakan adalah ikan yang masih utuh dan segar, untuk selanjutnya dilakukan
proses penyiangan.
Gambar
1. Pengadaan Bahan Baku (Ikan Tuna)
2. Penyiangan
Bahan baku
Pada
proses penyiangan yaitu pemotongan ikan dan pencucian daging ikan, maka bagian kepala,
isi perut dan sirip ikan dibuang. Daging ikan hasil tahap penyiangan sebaiknya
direndam ke dalam air yang dicampur dengan air cuka. Kadar air cuka yang
dipakai adalah ±2%. Ini dilakukan
untuk membuat bau amis hilang.
Gambar
2. Pemotongan dan pencucian daging ikan
3. Perebusan
Potongan
ikan yang telah direndam dalam air cuka kemudian disusun ke dalam badeng dan direbus
selama 30 – 60 menit. Proses perebusan akan dihentikan setelah daging ikan
menjadi lunak. Selama proses perebusan tersebut juga ditambahkan daun salam dan
garam rebus.
Gambar
3. Tahap perebusan daging ikan yang telah disiangi
4. Pengepresan
I
Ikan
yang telah direbus kemudian dipres dengan mesin pengepres. Sebelum dipres,
daging ikan tersebut sebaiknya ditiriskan terlebih dahulu sekitar 5 – 10 menit.
Tahap pengepresan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada daging ikan yang
telah direbus. Makin sedikit kadar air yang dikandung dalam daging, maka akan
makin baik pula serat-serat daging yang dihasilkan.
Gambar
4. Salah satu bentuk alat pengepresan
yang lazim digunakan
5. Pencabikan
I
Setelah
daging ikan dipres, kemudian dilakukan proses pencabikan sampai menjadi
serat.-serat. Proses ini bisa dilakukan dengan tangan atau dengan mesin
pencabik (giling).
Gambar
5. Pencabikan daging ikan yang telah direbus, sekaligus pemisahan antara daging dan tulang
ikan
6. Pemberian
Bumbu dan Santan
Pada
tahap ini, serat-serat daging hasil pencabikan ditambahkan bahan-bahan pembantu
(bumbu-bumbu). Bumbu-bumbu yang ditambahkan terdiri dari : bawang putih,
ketumbar, lengkuas yang telah diparut dengan mesin parutan, gula pasir, garam
dapur dan santan kelapa.
7. Penggorengan
Setelah
bumbu-bumbu tercampur secara merata dalam serat-serat daging ikan, kemudian dilakukan
penggorengan ±60 menit. Selama proses penggorengan, secara terus menerus dilakukan
pengadukan agar abon ikan yang dihasilkan matang secara merata dan bumbu-bumbu dapat
meresap dengan baik. Tahap penggorengan ini akan dihentikan setelah serat-serat
daging yang digoreng sudah berwarna kuning kecoklatan.
Gambar 6. Penggorengan daging ikan
yang telah dibumbui
Gambar
7. Daging ikan yang telah berubah warna
menjadi kecoklatan, setelah beberapa menit penggorengan
8. Pengepresan
II
Tahap
produksi berikutnya adalah pengepresan kembali serat-serat daging ikan yang
telah digoreng. Proses pengepresan tahap kedua ini bertujuan untuk mengurangi
kadar minyak pasca proses penggorengan.
Gambar
8. Pengepresan daging ikan yang telah digoreng
9. Pencabikan
II
Setelah
dipress, kemudian dilakukan pencabikan tahap kedua agar tidak terjadi penggumpalan.
Proses pencabikan tahap kedua ini akan dihentikan setelah terbentuk produk
akhir berupa abon ikan dengan tekstur yang seragam.
Gambar
9. Tahap pencabikan ke-2, setelah dilakukan pengepresan untuk memindahkan sisa minyak pada
daging ikan
10. Pengemasan
Pada
tahap akhir produksi dilakukan pengemasan abon ikan. Jika pengemasan tidak
langsung dilakukan, maka produk abon ikan akan disimpan terlebih dahulu dalam
kantung plastik besar (blong) di gudang penyimpanan, sebelum dilakukan
pengemasan.
Gambar 10. Abon ikan
yang telah siap untuk dikonsumsi atau dipasarkan
Rata-rata waktu yang
dibutuhkan dalam setiap kali produksi abon ikan dengan kapasitas 150 kg bahan
baku ikan Marlin, yaitu mulai dari tahap penyiangan ikan sampai ke tahap pengemasan
adalah satu hari kerja. Alur proses produksi abon ikan ini dapat dilihat pada
diagram dibawah ini:
Bahan Baku Ikan Segar
|
Penyiangan Bahan Baku
|
Perebusan
Daging Ikan (30 – 60 menit
|
Pengepresan
I
|
Pencabikan
I
|
Penambahan
Bumbu dan Santan
|
Penggorengan
|
Pengepresan
II
|
Pencabikan
II
|
Penambahan
dan pengadukan dengan bawang merah goreng (optional)
|
Pengemasan
|
Gambar
11. Diagram Alir Proses Produksi Abon ikan
Jenis
produk yang dihasilkan adalah abon ikan yang dijual dalam kemasan 100 gram (60 persen)
dan kemasan 250 gram (40 persen). Tabel
di bawah menyajikan komposisi kandungan gizi dalam 100 gram abon ikan.
No
|
Zat
|
Kandungan (Gram)
|
1
|
Air
|
4,13
|
2
|
Lemak
|
24,31
|
3
|
Karbohidrat
|
13,41
|
4
|
Protein
|
31,22
|
5
|
Mineral
|
15,87
|
Gambar
12. Komposisi Kandungan Gizi dalam 100 Gram Abon Ikan
D. Aspek Sosial Ekonomi Dan
Lingkungan
Aspek Sosial Ekonomi
Usaha pembuatan
abon ikan mempunyai dampak yang positif, baik bagi pengusaha maupun masyarakat
setempat. Bagi pengusaha, dampak ekonomis dari usaha ini adalah akan meningkatnya
pendapatan mereka. Usaha abon ikan merupakan bisnis yang menguntungkan karena
mempunyai peluang pasar yang masih terbuka lebar, terutama bila kendala-kendala
pemasaran yang dihadapi pada saat ini bisa diatasi. Di samping itu,
beroperasinya usaha abon ikan yang bersifat padat karya akan membantu menyerap
tenaga kerja bagi masyarakat setempat sehingga akan membantu peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Lebih jauh,
peningkatan produksi abon ikan akan memberi peluang bagi peningkatan pendapatan
daerah setempat. Jika dikelola secara optimal (kendala-kendala produksi,
pemasaran dan keterbatasan modal kerja sudah teratasi), maka produsen abon ikan
pun berpeluang mengekspor produknya sehingga bisa berkontribusi bagi penambahan
cadangan devisa.
Aspek Dampak Lingkungan
Aspek
dampak lingkungan berkaitan dengan analisis potensi limbah yang mungkin dihasilkan
dari suatu unit usaha produksi. Unit usaha pengolahan abon ikan tidak
menghasilkan limbah berbahaya, baik bagi manusia maupun lingkungan sekitarnya.
Limbah yang dihasilkan hanya air kotor sisa pembersihan. Biasanya air ini
dibuang melalui saluran air yang dapat langsung meresap ke tanah. Air limbah
juga tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan organisme tanah dan
tanaman.
Alih-alih
menghasilkan limbah yang berbahaya, sisa proses produksi abon ikan justru masih
bisa dimanfaatkan, misalnya :
1. Bagian-bagian
bahan-baku ikan Marlin yang dibuang pada tahap penyiangan, bisa diolah lebih
lanjut menjadi hidangan sop ikan yang banyak diminati masyarakat setempat; atau
2. Air
sisa rebusan daging ikan pada tahap perebusan bisa diolah lebih lanjut menjadi produk
kecap ikan.