Kamis, 29 Maret 2012

Menulis Proposal


Menulis proposal merupakan salah satu langkah yang sangat di utamakan dalam unsur penelitian.Proposal di artikan sebagai rencana yang di tuangkan dalam bentuk rancangan kerja.Penulisan proposal merupakan bagian dari proses penelitian,di dalam penelitian memerlukan tahap-tahap tertentu yang di sebut sebagai suatu siklus,yaitu Pemilihan masalah dan pernyataan hipotesis,Pembuatan desain penelitian,Pengumpulan data,Pembuatan kode dan analisis data serta Interprestasi hasil.Proposal penelitian merupakan rencana kerja dari suatu kegiatan penelitian tentang fenomena dalam suatu bidang ilmu,rencana kerja disajikan berdasarkan urutan yang logis.Proposal penelitian tersebut pada dasarnya merupakan rencana penelitian yang menggambarkan secara ilmiah hal-hal yang akan di teliti dan cara penelitian itu di laksanakan.Proposal penelitian perlu disusun sebelum penelitian dilaksanakan untuk memberikan arah bagi peneliti berkaitan dengan pelaksanaan penelitian serta dapat memudahkan komunikasi dalam proses pembimbing misalnya mahasiswa yang akan menulis karya akhir dalam bentuk tesis atau disertasi.Sistematika penulisan proposal penelitian  antara lain : judul penelitian,bidang ilmu,pendahuluan,perumusan masalah,tinjauan pustaka,tujuan penelitian,konstribusi penelitian (manfaat penelitian),metode penelitian,jadwal pelaksanaan,personalia penelitian ,perkiraan biaya penelitian,daftar pustaka serta daftar riwayat hidup.Pada dasarnya isi dari pendahuluan dalam pembuatan proposal penelitian,meliputi latar  belakang masalah,rumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian,serta sistematika penulisan.Tinjuan pustaka isinya meliputi teori-teori yang digunakan dalam penelitian dan kerangka pikir.
Tujuan dari dilakukannya penelitian yaitu sebagai penjabaran tentang pengujian hipotesis atau penjelasan maupun gambaran dari fenomena yang akan diteliti serta memberikan arah yang tepat bagi penelitian tentang sasaran yang dituju.Beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengumpulan data,di antaranya dengan melakukan interview yang merupakan cara pengumpulan data dengan tanya jawab langsung maupun tidak langsung dengan sumber data (narasumber),dengan observasi yang merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melakukan teknik pengamatan,dengan membagikan angket yang merupakan salah satu teknik mengumpulkan data dengan membagikan selembaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan beserta jawabannya berkaitan dengan objek yang sedang di teliti,dengan catatan lapangan yang merupakan teknik penelitian ketika berada di lapangan yang dapat berupa desktiptif yang berisi hal-hal berupa gambaran diri subjek,rekonstruksi dialog,deskripsi latar fisik,catatan tentang peristiwa khusus,gambaran kegiatan,dan perilaku pengamat sebagai instrument.Serta dapat berupa refleksi yang berisi hal-hal mengenai analisis metode dilematik dan konflik,kerangka pikir penelitian dan klarifikasi.

Koordinasi Manajemen


Banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kita lakukan sendiri. Sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial, ia harus melakukan segala sesuatunya dengan bantuan orang lain. Tidak setiap orang pun mampu membantu orang lain untuk menyelesaikan kegiatan/permasalahan/aktivitas atau apapun juga. Mengapa begitu, karena tidak setiap orang memahami arti koordinasi.
Koordinasi adalah sebuah proses saling mengerti antara dua orang atau lebih untuk melaksanakan suatu hal. Proses yang harus dijalani agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan lancar ataupun jika ada masalah tidak akan terlalu banyak kesulitan untuk mengatasinya.
Seperti tubuh kita yang melakukan koordinasinya dengan sangat apik tanpa pernah kita sadari. Ambil contoh saja kaki. Ketika kita berjalan mereka dengan harmonis saling bergantian melangkah maju. Coba saja kita bayangkan seandainya kedua kaki kita tidak melakukan koordinasi. Pada saat yang bersamaan dua buah kaki kanan dan kiri melangkah maju, yang terjadi adalah jatuh dan akan merugikan anggota tubuh yang lainnya.
Koordinasi akan terjadi jika kita melakukan planning sebelum melaksanakan kegiatan tersebut. Perencanaan mengenai langkah apa saja yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan puncak. Bukan hal yang mudah memang tetapi juga bukan hal yang sulit jika kita mau berfikir. Dengan perencanaan maka kita tahu sampai sejauh mana orang lain dapat membantu kita serta kita akan bisa mensinkronkan setiap langkah sehingga yang terjadi bukannya interferensi tetapi justri saling mendukung.
Sangat menyenangkan jika kita dapat melakukan koordinasi suatu kegiatan dengan baik. Kita akan mampu merasakan betapa bermanfaatnya kegiatan tersebut buat kita. Proses pembelajaran terhadap diri kita sangat mungkin terjadi lebih daripada kegiatan lainnya. Dan akhirnya akan mampu meningkatkan derajat kemanusiaan kita seiring bertambahnya ilmu yang dimiliki.
Itulah sebabnya mengapa koordinasi itu sangat berperan penting dalam semua hal dan bidang kehidupan ini. Begitu juga dalam dunia ilmu ekonomi, terkhusus dalam hal manajemen. Sebuah koordinasi manajemen yang baik akan menjadi semua hal yang berada di dalamnya menghasilkan sesuatu yang baik pula dan dapat dikatakan sempurna dalam bidangnya. Dalam sebuah perusahaan lahirnya sebuah koordinasi khususnya koordinasi akan membantu para pekerja terutama para manajer dalam perusahaan tersebut. Sehingga keberadaan sebuah koordinasi manajemen janganlah di pandang sebelah mata jika perusahaan yang sedang berjalan ingin terlihat sukses kedepannya.

Rabu, 28 Maret 2012

Contoh- Makalah mengenaii Filsafat Barat


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Latar belakang lahirnya filsafat adalah dorongan keingintahuan manusia akan pengetahuan yang hakikat, sebab-musabab keberadaan dan bagaimana menciptakan barang-barang yang senilai yang dilatarbelakangi oleh tujuan-tujuan tertentu bagi perkembangan hidup dan kehidupannya. Oleh karena itu, keingintahuan manusia itu bersifat dinamis secara terus-menerus dan konsisten bergerak sampai keakar-akarnya.  
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: Di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentarkomentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
Setelah filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaanya dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaanya hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa.
Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli fikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 masehi, barulah muncul para ahli fikir yang mengadakan penyeledikan filsafat. Jadi, ilsafat Eropa yang mengawali lahirnya Filsafat Barat Aban Pertengahan.  
Kekuasaan pengaruh antara filsafat Yunani  dengan agama Kristen dikatakan seimbang, karena apabila tidak seimbang pengaruhnya, maka tidak mungkin berintegrasi membentuk suatu formula baru. Walaupun agama Kristen relatif masih baru keberadaanya, tetapi pada saat itu muncul anggapan yang sama terhadap filsafat Yunani ataupun agama Kristen. Anggapan manusia bahwa Tuhan turun ke bumi (dunia) dengan membawa kabar baik bagi umat manusia. Kabar baik tersebut berupa firman Tuhan yang dianggap sebagai sumber kebijaksanaan yang sempurna dan sejati.


BAB II
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka terdapat beberapa rumusan masalah dalam kaitannya dengan komponen Keberadaan serta Penerapan Filsafat Barat di Negara Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
A.    Bagaimanakah kajian filsafat yang sebenarnya?
B.     Apa dan Bagaimanakah Filsafat Barat itu?
C.     Bagaimanakah penerapan budaya Filsafat Barat di Indonesia saat ini?









BAB III
PEMBAHASAN
A.    Kajian Filsafat
Definisi kata filsafat bisa dikatakan sebagai sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan mendasar (radikal).
Kerapkali ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di awang-awang (tidak mendarat) saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari-hari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit (atau lebih bisa dikatakan tidak tunggal), karena menggunakan metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), filsafat merupakan pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Beberapa filsuf mengajukan beberapa definitif pokok filsafat seperti: Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas. Upaya untuk melukiskan hakekat realitas akhir dan dasar serta nyata, Upaya untuk menentukan batas-batas jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya. Penyelidikan kritis dan radikal atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan. Sesuatu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakan dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.
Kalau menurut tradisi filsafati yang diambil dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M). Setelah dia membaca tulisan Herakleides Pontikos (penganut ajaran Aristoteles) yang memakai kata sophia. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan.
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia (Φιλοσοφία) Dalam bahasa ini, kata tersebut merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.
Dalam istilah Inggris, philosophy, yang berarti filsafat, juga berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan ke dalam bahasa tersebut sebagai cinta kearifan. Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu, filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia sekalipun.Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Filsafat menggunakan bahan-bahan dasar deskriptif yang disajikan bidang-bidang studi khusus dan melampaui deskripsi tersebut dengan menyelidiki atau menanyakan sifat dasarnya, nila-nilainya dan kemungkinannya.Tujuannya adalah pemahaman dan kebijaksanaan. Karena itulah filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia. Suatu bidang yang berhubungan erat dengan bidang-bidang pokok pengalaman manusia.

B.     Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara.
Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam pada dinasti Abbasyah.
Tokoh utama filsafat Barat, diantaranya:
a. Wittgenstein mempunyai aliran analitik (filsafat analitik) yang dikembangkan di negara-negara yang berbahasa Inggris, tetapi juga diteruskan di Polandia. Filsafat analitik menolak setiap bentuk filsafat yang berbau ″metafisik”. Filsafat analitik menyerupai ilmu-ilmu alam yang empiris, sehingga kriteria yang berlaku dalam ilmu eksata juga harus dapat diterapkan pada filsafat.
Yang menjadi obyek penelitian filsafat analitik sebetulnya bukan barang-barang, peristiwa-peristiwa, melainkan pernyataan, aksioma, prinsip. Filsafat analitik menggali dasar-dasar teori ilmu yang berlaku bagi setiap ilmu tersendiri. Yang menjadi pokok perhatian filsafat analitik ialah analisa logika bahasa sehari-hari, maupun dalam mengembangkan sistem bahasa buatan.
b. Imanuel Kant mempunyai aliran atau filsafat ″kritik” yang tidak mau melewati batas kemungkinan pemikiran manusiawi. Rasionalisme dan empirisme ingin disintesakannya. Untuk itu ia membedakan akal, budi, rasio, dan pengalaman inderawi. Pengetahuan merupakan hasil kerja sama antara pengalaman indrawi yang aposteriori dan keaktifan akal, faktor priori. Struktur pengetahuan harus kita teliti. Kant terkenal karena tiga:
(1) Kritik atas rasio murni, apa yang saya dapat ketahui. Ding an sich, hakikat kenyataan yang dapat diketahui. Manusia hanya dapat mengetahui gejala-gejala yang kemudian oleh akal terus ditampung oleh dua wadah pokok, yakni ruang dan waktu. Kemudian diperinci lagi misalnya menurut kategori sebab dan akibat dst. Seluruh pengetahuan kita berkiblat pada Tuhan, jiwa, dan dunia.
(2) Kritik atas rasio praktis, apa yang harus saya buat. Kelakuan manusia ditentukan oleh kategori imperatif, keharusan mutlak: kau harus begini dan begitu. Ini mengandaikan tiga postulat: kebebasan, jiwa yang tak dapat mati, adanya Tuhan.
(3) Kritik atas daya pertimbangan. Di sini Kant membicarakan peranan perasaan dan fantasi, jembatan antara yang umum dan yang khusus.
c. Rene Descartes, berpendapat bahwa kebenaran terletak pada diri subyek. Mencari titik pangkal pasti dalam pikiran dan pengetahuan manusia, khusus dalam ilmu alam. Metode untuk memperoleh kepastian ialah menyangsikan segala sesuatu. Hanya satu kenyataan tak dapat disangsikan, yakni aku berpikir, jadi aku ada. Dalam mencari proses kebenaran hendaknya kita pergunakan ide-ide yang jelas dan tajam. Setiap orang, sejak ia dilahirkan, dilengkapi dengan ide-ide tertentu, khusus mengenai adanya Tuhan dan dalil-dalil matematika. Pandangannya tentang alam bersifat mekanistik dan kuantitatif. Kenyataan dibaginya menjadi dua yaitu: “res extensa dan res copgitans”.
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Menurut Takwin (2001) dalam pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis, radikal, dan kritis seringkali merujuk 6 pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran logis. Misalnya aliran empirisme, positivisme, dan filsafat analitik memberikan criteria bahwa pemikiran dianggap filosofis jika mengadung kebenaran korespondensi dan koherensi. Korespondensi yakni sebuah pengetahuan dinilai benar jika pernyataan itu sesuai dengan kenyataan empiris. Contoh jika pernyataan ”Saat ini hujan turun”, adalah benar jika indra kita menangkap hujan turun, jika kenyataannya tidak maka pernyataannya dianggap salah. Koherensi berarti sebuah pernyataan dinilai benar jika pernyataan itu mengandung koherensi logis (dapat diuji dengan logika barat).
Dalam filsafat barat secara sistematis terbagi menjadi tiga bagian besar yakni:
a.  Bagian filsafat yang mengkaji tentang ada (being),
b. Bidang filsafat yang mengkaji pengetahuan (epistimologi dalam arti luas),
c. Bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia (aksiologi).
Pada umumnya, filsuf-filsuf Barat dibagi ke dalam beberapa cabang pokok. Pembagian itu di dasarkan pada jenis pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang yang bekerja di lapangan. Cabang yang paling banyak berpengaruh pada masa dunia kuno adalah Stoic, yaitu menahan hawa nafsu. Stoic dibagi ke dalam beberapa bagian filsafat, seperti Logika, Etika, Ilmu pengetahuan, dan Fisika. Fisika merupakan konsep study tentang gejala-gejela alam di dalam dunia ini, dan termasuk ilmu pengetahuan alam dan metafisika. Filsafat kontemporal secara umum dapat dibagi ke dalam metafisika, epistimologi, etika, axiology, dan estetis. Logika terkadang juga dijadikan sebagai bagian di dalam filsafat, terkadang juga hanya sebagai metode yang digunakan untuk seluruh cabang-canbang filsafat.
Sub disiplin filsafat terdapat di dalam cabang-cabang yang luas tersebut. Pada level yang terluas, terdapat filsafat Analitik dan filsafat Kontinental. Filsafat Analitik lebih sederhana dibandingkan denga filsafat Kontinental. Sub disiplin ini terkadang menjadi topik yang hangat dan dapat menempati temapat yang banyak dalam tulisan-tulisan. Hal ini disebabkan oleh orang-orang yang beranggapan bahwa sub disiplin ini sebagai cabang-cabang utama.



C.    Penerapan Filsafat Barat di Negara Indonesia
Dalam tradisi filsafat Barat di Negara Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda (negara-negara Barat), dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut adalah: Ontologi, Epistemologi, serta Aksiologi.
Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah “Keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris ( Kasat Mata ), Misalnya: Mengenai keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas tentang masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Nilai sosial .
Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu.

v  Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.
v  Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
v  Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika.
v  Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
v  Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.
Walaupun ajaran Filsafat Barat, erat hubungannya dengan agama Non-Muslim (Kristen), serta sering dikait-kaitkan dengan besarnya pengaruh yang ditimbulkan pada zamannya, akan tetapi dalam kenyataanya sekarang Negara Indonesia masih bisa meminamalisir keadaan tersebut, keadaan dimana negara Indonesia, menurut penelitian dari para ahli di bidangnnya menyatakan bahwa, Indonesia justru berada dalam kategori 5 besar negara dengan penduduk Mayoritas ber-agama Islam, tidak seperti apa yang diajarkan oleh para filsuf-filsuf pada Abad Pertengahan (Filsafat Barat), dimana ajaran mereka menyatakan dengan tegas bahwa, setiap perkataan, setiap perintah, bahwa setiap peraturannya yang di keluarkan olah seorang pendeta gereja adalah benarnya adanya, masyarakat di zamannya seperti berada dalam ‘abad gelap’ abad dimana mereka diibaratkan seperti sebuah robot yang harus mengikuti dan menjalankan perintah dari pemiliknya ‘Para Pendeta Gereja’. Dari segi persentase, Indonesia hanya miliki kurang dari 50% penduduknya yang beragama Non-Muslim ‘Kristen’.













BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai Filsafat Barat, serta penerapannya di Negara Indonesia, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan akhir menyenai permasalahan tersebut, diantara adalah:
(1)   Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh Negara.
(2)   Dalam tradisi filsafat Barat di Negara Indonesia sendiri yang notabenenya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu, seperti: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi.
(3)   Penerapan Filsafat Barat di Negara Indonesia belum mendapatkan pengaruh yang cukup berarti, dalam bidang KEAGAMAAN saja, Indonesia memiliki penduduk bermayoritas Islam, bukan Kristen ataupun agama lainnya.
B.     Saran



















DAFTAR PUSTAKA
In, Tanggung. 2008. “Ruang Filsafat”. http://alkohol7.wordpress.com/2008/04/09/makalah-filsafat/. Diakses tanggal 20 Maret 2012.
Muhyiddin, Zaki. “Filsafat Barat”. http://makalahzaki.blogspot.com/2011/10/filsafat-barat.html. Diakses tanggal 22 Maret 2012.
Rifdan. 2012. Filsafat Ilmu. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Rohman, Kholilull. 2008. “Seputar Pertanyaan Filosofis dalam Filsafat Barat”. http://pustakacinta.blogspot.com/2008/06/sejarah-filsafat-barat-dan-kaitannya.html. Diakses tanggal 20 Maret 2012.
Yanto . Subari, dkk. 2011. FILSAFAT ILMU Pengantar Mata Kuliah Umum di Perguruan Tinggi. Makassar: Anugrah Mandiri.
Yuly. 2008. “Sejarah dan Perkembangan Filsafat Dari Masa Ke Masa”.  http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Barat. Diakses tanggal 20 Maret 2012.

Rabu, 21 Maret 2012

Sistem Pemikiran dan Hakikat Organisasi


“Jika Anda bertanya apa manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana, Pendidikan memuat orang menjadi baik dan orang baik tentunya berperilaku mulia” (Plato: 427 – 347 SM)
                Jenjang demi jenjang pendidikan di negeri ini telah Anda lalui dengan penuh perjuangan, telah sampailah Anda-Anda  pada titik tertinggi dari jenjang pendidikan tersebut, yakni: Perguruan Tinggi. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apakah kita telah mencapai titik kulminasi kepuasan akan ilmu pengetahuan setelah melewati beberapa jenjang sebelumnya, ataukah Anda hanya untuk mendapatkan nilai yang tinggi dan semata-mata hanya untuk kesenangan pribadi yang didorong oleh sifat egois tanpa memperhatikan kehidupan orang lain, sungguh kasihan orang-orang yang memiliki khasanah pemikiran Like That.
      Citra buruk semakin mencoreng dan mengotori wajah dunia pendidikan di Indonesia, mulai dari aksi demonstrasi anarkis mahasiswa sampai pada praktik komersialisasi pendidikan yang diterapkan oleh para birokrasi campuss, yang seakan-akan keluar dari kesatuan negeri ini dan melepaskan diri dari aturan Undang-Undang 1945 yang menjadi warisan budaya luhur bangsa ini.
Bukti sederhana akan kondisi ini yaitu menjamurnya berbagai Universitas Swasta di Indonesia sebagai salah satu akibat tidak mampunya pemerintah yang mampu menampung semua calon peserta didik, yang “notabenenya” merupakan tanggung jawab negara.
      Terlebih lagi banyaknya anak bangsa yang tidak dapat mengeyam pendidikan tinggi akibat tidak adanya pemerataan akses pendidikan di negeri ini. Di samping itu, perguruan tinggi negeri pun telah banyak mengadobsi sistem-sistem perguruan tinggi swasta, dimana kebanyakan orang yang bisa melanjutkan studinya, hanyalah orang-orang yang berasal dari golongan mampu.
      Berbagai pungutan liar di Universitas Negeri yang semakin merambah dan mengerikan, bagaikan rezim Imperialisme. DPP, BOP, PMB, DLL. Merupakan pembayaran yang sifatnya sama sekali illegal yang tidak lain adalah hasil produk dari praktik komersialisasi pendidikan. Penindasan  dan pengisapan terhadap rakyat terus menggerogoti sistem pendidikan, sehingga masyarakat yang tidak mampu menahannya, terpaksa harus merelakan anak-anaknya untuk tidak melanjutkan studinya di perguruan tinggi. Maka gugurlah tujuan suci The Founding Fother bangsa ini yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembodohan akademik di dunia campuss semakin membumi-hanguskan kondisi idealitas mahasiswa, mulai dari formalitas pengisian Kartu Rencana Studi –KRS- sampai banyaknya tenaga pendidik yang telah lalai melaksanakan tugasnya tertanda dengan banyaknya mahasiswa yang terlantar di waktu-waktu kuliah karena tidak ada dosen, disamping ada juga yang tidak mendapat ruang perkuliahan karena jumlah mahasiswa semakin banyak yang tidak diimbangi dengan fasilitas campuss yang lagi-lagi menjadi tugas negara dan itupun sangat sering terjadi. (Hmmmmm….. CurcoLL) ^_^
Lantas apakah yang harus kita lakukan untuk mencoba mengeluarkan diri dari pembodohan ini, di samping sistem perkuliahan yang seringkali tidak kondusif, apakah ada tempat lain untuk mengaktualisasikan diri. Kebanyakan orang hebat serta berkesadaran kritis transformatif akan mengatakan “bergabunglah di organisasi”. Pada  hakikatnya tak ada satupun manusia yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain, semua manusia ingin memenuhi kebutuhan fisiologisnya, mendapatkan rasa aman, cinta dan kasih sayang harga diri serta aktualisasi diri (hierariki kebutuhan Maslow) yang kebanyakan orang-orang dapatkan dalam organisasi.
Mereka mencapai tingkat keberhasilan yang memuaskan, mengatakan berorganisasi di usia muda, merupakan langkah awal persiapan masa depan. Dengan berorganisasi orang dapat belajar bermusyawarah, hidup penuh kebersamaan, semangat untuk melakukan perbaikan, bersilaturrahmi, tolong-menolong serta menyatukan perbedaan, namun bukan berarti hidup berorganisasi adalah hidup yang berada di zona nyaman terus-menerus. Banyak ujian dan tantangan yang akan dihadapi didalamnya, termasuk kita akan merasa jenuh (titik jenuh; Dimana semangat berorganisasi menurun drastis), korban perasaan –disappointed-, tekanan yang berat, terjebak dalam kebingungan karena ilmu yang terbatas, emosional dan kurang sabar dalam menghadapi tantangan, kehilangan semangat untuk memperbaiki diri. Organisasi memang kejam. Namun dibalik kekejaman itulah yang akan membuat Anda menjadi manusia luar biasa yang haus akan idealitas mahasiswa.
Masih banyak sekali manfaat dan cerita organisasi yang tidak mungkin disampaikan melalui This- In My Page-, intinya. Setelah melewati semua tantangan dan rintangan tersebut akan menjadi insan yang lebih bijaksana dalam perilaku kita sehari-hari, semakin peka terhadap lingkungan dan mampu menganalisis konstalasi keterpurukan sosial sekitarnya termasuk dunia pendidikan kemahasiswaan. Bertambahnya sahabat dan keluarga baru yang tidak ternilai oleh materi serta bangkit dari musibah yang melanda negeri ini, bangkit dengan jiwa proklamasi, jiwa nasionalisme, dan kebangsaan untuk menghadapi musibah ini.

** Gelorakan Semangat Berorganisasi**
_Chay00ooo00_